Wahai
pembaca yang Baik, apakah Anda ingat ketika dulu masih sekolah/kuliah? Atau
bahkan sekarang malahan Anda sedang berada di dalam kelas. Pernahkah Anda
mengadakan survei (pengamatan) kecil-kecilan tentang prestasi teman-teman
sekelas? Ini pernah saya lakukan dulu ketika masih di bangku SMK. Bahwa
ternyata posisi duduk (depan, belakang atau tengah-tengah) mampu mempengaruhi
pencapaian prestasi dalam belajar. Mungkin Anda bertanya, ”Ah yang benar. Masa
sih?” Namun kini jika Anda masih ragu, saya sarankan untuk melakukannya sendiri
di kelas Anda. Atau paling tidak jika sudah tidak sekolah, peristiwa ini bisa
Anda temukan di pengajian, seminar atau kursus-kursus yang Anda hadiri.
Dulu saat masa sekolah saya yang belum musim sistem rotasi tempat duduk, saya benar-benar menemukan bahwa teman-teman yang duduk di bangku barisan depan cenderung lebih pandai dan percaya diri dalam hal-hal tugas sekolah. Dibanding dengan mereka yang duduk di tengah atau belakang, yang agak jauh dari papan tulis dan guru. Memang tidak semua pelajar begitu, namun kenyataanya demikian. Apakah menurut Anda ini adalah sebuah kebetulan? Sungguh ini adalah satu pola tertentu yang menunjukkan pada kita tentang dahsyatnya perilaku ini. Ketika mereka saya tanya mengapa lebih memilih duduk di belakang, malah katanya di belakang itu asyik, bisa ngobrol dan nyontek, bahkan ngemil. Dan jawaban yang umum berikutnya adalah karena di depan hanyalah tempat anak-anak yang pintar. Yang lebih disayang guru/dosen dan bangku depan itu hanya untuk anak-anak yang aktif saja.
Dulu saat masa sekolah saya yang belum musim sistem rotasi tempat duduk, saya benar-benar menemukan bahwa teman-teman yang duduk di bangku barisan depan cenderung lebih pandai dan percaya diri dalam hal-hal tugas sekolah. Dibanding dengan mereka yang duduk di tengah atau belakang, yang agak jauh dari papan tulis dan guru. Memang tidak semua pelajar begitu, namun kenyataanya demikian. Apakah menurut Anda ini adalah sebuah kebetulan? Sungguh ini adalah satu pola tertentu yang menunjukkan pada kita tentang dahsyatnya perilaku ini. Ketika mereka saya tanya mengapa lebih memilih duduk di belakang, malah katanya di belakang itu asyik, bisa ngobrol dan nyontek, bahkan ngemil. Dan jawaban yang umum berikutnya adalah karena di depan hanyalah tempat anak-anak yang pintar. Yang lebih disayang guru/dosen dan bangku depan itu hanya untuk anak-anak yang aktif saja.
Entah Anda menjadi bagian dari mereka atau tidak, tapi saya yakin kita sepakat jika seorang siswa/mahasiswa yang memiliki sikap seperti itu pasti tidak maksimal dalam proses belajarnya. Bukankah shalat itu yang paling utama adalah shof (barisan) paling depan? Bukankah dalam hal mengaji dan menuntut ilmu, hal ini juga berlaku? Mengapa demikian? Tentu karena dengan di depan, kita akan mendapatkan keutamaan berlebih dari yang lain. Pahala lebih banyak, ilmu lebih cepat terserap karena lebih dekat dengan guru, mendapatkan perhatian dari guru, serta masih banyak lagi. Silakan saja jika Anda berfikir bahwa saya menyindir. Karena ini semua demi pemahaman bahwa banyak teman kita di luar sana (mungkin termasuk kita) masih memiliki fikiran bahwa kita tidak layak pintar. Atau memang biarlah upaya belajarnya segini saja. Biarlah yang lain saja yang di depan, karena di depan itu beresiko (kalau menyontek akan ketahuan, saat ada tugas akan mudah ditemukan guru dan lainnya).
Itulah sebagian dari contoh bagaimana mental kebanyakan dari kita dalam belajar. Sama sekali tidak merasa yakin di depan. Tidak yakin bahwa Dia juga pantas jadi orang pintar yang dekat dengan guru dan berprestasi dalam segala bidang. Satu pemahaman yang melemahkan, yang jika terus dipelihara maka akan membudaya dalam perilaku kesehariannya. Makin lama makin meluas, pelan namun pasti telah menjadi bagian dari titik lemah dari bangsa kita ini. Dari kelas saja sudah merasa kecil, maka tidak heran saat bangsa kita ini ikut berkiprah di kelas yang lebih besar (dunia) maka hampir tidak tampak peran dan keunggulannya diantara bangsa-bangsa yang lain.
Ini biasa menjadi satu keuntungan bagi saya, ketika datang agak terlambat atau waktunya mepet bel masuk saja selalu masih ada sisa tempat di depan. Agaknya mereka lupa bahwa duduk di depan juga ada asyiknya lho. Ketika istirahatnya sedikit diundur oleh Bapak-Ibu guru dan jajanan di kantin tinggal sedikit, tentu yang di depanlah yang akan menang start berlari ^_^
Wahai
pembaca yang Baik. Marilah kita membiasakan diri untuk selalu mengambil tempat
terdepan dalam rangka belajar maupun untuk aktifitas-aktifitas keBaikan
lainnya. Dengan mengambil tempat di depan, itu sudah cukup untuk sedikit
mengangkat rasa percaya diri kita di depan umum. Dengan berusaha memposisikan
diri di depan, ini bisa berarti kita telah menghargai diri kita sendiri. Ini
juga bisa menjadi bukti bahwa kita telah memiliki keimanan yang kuat. Awalnya memang
sulit, namun inilah harga yang harus kita bayar demi mencapai prestasi...
Jika Anda
berada di dalam kelas, peserta seminar/pelatihan atau menjadi Anggota komunitas ForBaik yang saya bina, pasti akan saya
pastikan untuk selalu duduk di depan. Bagi saya, tempat duduk di belakang itu
tidak ada kecuali jika barisan depan sudah penuh. Bukankah dalam pelajaran shalat
jamaah kita telah diajari yang demikian? Paling tidak, jika tempat duduk Anda
sekarang belum di depan, silakan bergeser dulu...
Mari kita latihan...
Salam ceria...
Mari kita latihan...
Salam ceria...
Ari
Suwandono
Dapatkan juga teknik-teknik pembangkit kepercayaan diri di buku terbaru saya yang berjudul SPBS. Insya Allah berdampak dahsyat...
Dapatkan juga teknik-teknik pembangkit kepercayaan diri di buku terbaru saya yang berjudul SPBS. Insya Allah berdampak dahsyat...
Comments :
0 komentar to “Latihan Sederhana Meningkatkan PD”
Posting Komentar